Rabu, 07 Mei 2014

Pasangan Jiwa

Dunia dikejutkan dengan cerita pasangan "sempurna" Lady Diana dan pangeran Charles. Bahwa ternyata, cerita sesungguhnya tidak seromantis yang dikira dunia. Dibalik pernikahnnya, mereka menyimpan duka. Semua terbuka setelah meninggalnya Lady Di dan Doddy Al-fayed dalam sebuah kecelakaan. Ada problematika yang tak pernah disangka - sangka. Dan yang lebih mengejutkan lagi, selang beberapa tahun setelah kejadian itu, pangeran Charles menikahi Camilla Parker. Wanita tua yang disebut-sebut sebagai penyebab keretakan hubungan pangeran Charles dan Lady Di. Saat itu, sang pangeran tetap menikahi Camilla, walaupun telah menjadi musuh bersama Inggris. Sebuah keputusan yang melawan arus.

Hal ini menyelipkan sebuah tanya yang besar: mengapa sang pangeran lebih tertarik dengan perempuan tua ketimbang Diana yang cantik dan anggun? Tidak berartikah kecantikan Diana baginya? Dan apakah pesona perempuan tua itu yang membuatnya nekat?


Pangeran Charles adalah sebuah cerita tentang kesepian. Punya ibu seorang ratu hampir sama dengan yatim. Maka ia tumbuh dengan kebutuhan jiwa yang akut : seseorang yang bisa diajak bicara, mau mendengarnya dan mampu memahaminya, seseorang yang bisa membuatnya sebagai orang normal yang bersikap wajar dalam kehidupannya. Camilla hadir dan bisa memenuhi kebutuhan jiwa itu. Sementara Diana tumbuh sebagai gadis cantik yang terlalu lugu untuk kerumitan – kerumitan besar yang dihadapi Charles. Ia bagus sebagai icon kerajaan yang cantik. Tapi tidak bagi Charles yang rumit. Jiwa mereka tidak bertemu.

Ada juga cerita Umar bin Khattab, yang menceraikan dua istrinya yang sangat cantik, Jamilah dan Qaribah. Tapi bisa bertahan hidup bersama Ummu Kultsum binti Ali atau cucu Rasulullah saw yang usianya terpaut lebih 40 tahun. Atau Rasulullah, yang selalu mengenang Khadijah binti Khuwailid sampai membuat Aisyah cemburu. Seorang perempuan yang usianya jauh lebih tua dari Rasulullah.

Kehidupan pada akhirnya berbicara tentang pasangan jiwa, pasangan yang bisa memenuhi kebutuhan jiwa yang tidak bisa dimengerti orang lain. Jiwa mempunyai hajatnya sendiri. Maka ia lebih bisa mengenal pasangannya sendiri. Bukan tentang kemapanan fisik dan lainnya yang dipandang "ideal" menurut orang lain.


Dari berbagai sumber

8 komentar:

  1. barakallahu ya, Neng.. afwan tidak bisa hadir... mendoakan dari jauh aja, pa kabar?

    BalasHapus
  2. amin. Iya ni, t yn3 dtungguin ga dtg2 :(
    Alhamdulillah baik. T yn3 pa kabar? udah mau punya dedek lagi ya?

    BalasHapus
  3. teh...
    ini tuh teh shinta yg SR 2001 ya?
    teh pa kabar? ini meidy loh...:-)

    BalasHapus
  4. Anonim7:04 PM

    barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a baynakuma fii khair :)

    peluk hangat penuh rindu dari Bogor untuk saudariku sayang. maaf ga bisa hadir di hari bahagiamu, waktu itu sedang tugas keluar kota.

    kangennnnnn :)

    BalasHapus
  5. mana toh profil suamimu shhint?

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah baik, meidy apa kabar? masih di jakarta? Kpn ke Bandung? dah lama ga kedengeran kabar beritanya

    Amin..
    ya gapapa nov, ga bisa dtg. Yang penting kadonya ttp nyampe. Hehe...
    iya, kangennn...dah lama ga ketemu...

    oi mit... Makanya ke Bandung. Maen ke rumah. Ntar kenalan ama suamiku ;P

    BalasHapus
  7. Anonim10:58 PM

    Kadang idealisme menjauhkan manusia dari pemahaman akan kenyataan. apa yang dituliskan atau diucapkan seringkali merupakan kebalikan dari keinginan.
    semoga tulisan ini menjadi acuan untuk bertindak dan mengambil keputusan, amien.

    BalasHapus
  8. Anonim1:07 PM

    Maaf nih Mbak Shinta kalo gak nyambung...;-) Halo Mba Shinta di Bandung, baru mau ngelahirin anak pertama yaa ??? Hati2 yaa jaga kandungannya. Semoga lahir dgn Selamat bayinya, bgt jg dgn ibunya ! Amiin. Btw, benar nggak yaa…ini mba Shintanya “Mas Koko/Jatmiko” yg dari Wonosobo (yg baru menikah jg beberapa bulan lalu ?!?! Maaf yaa kalo SALAH…

    regard,
    Haryo (Iyo)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...