Jumat, 22 Maret 2013

Ibu-ibu Itu Sedang Menanti


Saya seorang muslimah yang memiliki 1 batita dan 1 balita. Mayoritas pasti setuju, memiliki bayi membutuhkan perhatian khusus dan ekstra, hingga kebutuhan pribadi pun seringkali dinomorduakan. Termasuk dalam hal berbusana resmi.

Seringkali ibu-ibu dengan bayi yang masih dalam asuhan berpenampilan sekadarnya saat tampil formal, sebab sudah terlalu repot dengan persiapan bayinya. Jilbab yang dulu resmi dan elegan kini menjadi susah untuk dikenakan bukan sebab tidak tren lagi, tetapi malas karena perlu waktu lama mengaca di depan cermin, ribet memasang peniti, sedangkan bayi 'sudah meronta' minta perhatian. Tidak dipungkiri memang ada jilbab yang instan, tapi seringnya berbahan kaos. Mau dipakai di acara resmi, malu. Apalagi mengenakan model hijab masa kini yang harus 'diputar-putar', mmm tidak deh. Itu prioritas urutan ke-71 :). Nah, bisa dimengerti bahwa ada kebutuhan para ibu muda untuk bisa tampil formal di acara resmi, tapi jilbab bisa dikenakan dengan cepat dan instan.


Segmen kalangan ini berada di rentang usia antara 25 sampai usia 40 tahun. Dan biasanya profil mereka adalah muslimah berkarir. Tidak bisa dibayangkan, muslimah berkarir dengan waktu terjadwal padat masih diribetkan dengan urusan berbusana jilbab yang perlu waktu lama. Untuk itu kami pun mencoba mengisi ceruk permintaan ini dengan membuat jilbab yang langsung pakai, sifatnya instan, tidak perlu memakai peniti lagi, namun berbahan kain yang bisa dipakai tampil di acara resmi maupun lingkungan kerja formal. Desain jilbab dibuat mengikuti tren, namun tetap mengindahkan norma agama.

Akhirnya, mulailah kami memproduksinya. Mulanya di rumah orang tua, karena memang ibu memiliki PKBM (Pusat Belajar Kegiatan Masyarakat) dan membuka pelatihan kursus menjahit gratis. Dari sini, kami bisa mencari tenaga penjahit yang kemampuannya sesuai dengan kebutuhan deskripsi kerja. Untuk berbelanja bahan, kami masih membeli secara eceran di Pasar Baru sesuai permintaan konsumen, dengan modal pinjam (baca: minta) ke suami. Bagaimana caranya tahu ada permintaan konsumen?

Era sekarang menurut saya sangatlah mudah untuk mengetahui permintaan pasar. Jawabnya ada di media sosial. Pertama kali saya mencoba di facebook. Saya pun bebas melakukan uji ceruk permintaan dengan update status, upload foto hasil karya lini produksi, dan mengumpulkan permintaan dengan pola PO atau made by order. Lama-lama tekun di sosial media, saya pun bertambah paham untuk mengeksploitasi lebih lanjut ceruk ini. Akhirnya, mau tidak mau tidak cukup dengan sosial media personal, kami pun membuat website sebagai jangkar dan corong resmi ditambah membuat toko online di beberapa pasar online populer, diantaranya multiply.com dan tokopedia.com. Sinergi dengan ini, kami pun membuat media sosial khusus untuk usaha saya baik berupa fanpage facebook, twitter, google+ page, dan instagram guna menjangkau potensi konsumen lebih luas.

Jilbab instan formal merek Amarylis Collection

Apakah akan terus di ranah online? Untuk saat ini ya. Saya sadar lini produksi dan finansial kami belum cukup kuat untuk berdiri secara offline, terutama lini produksi. Pilihan membuat produk jilbab instan formal berbahan kain bukan kaos (kami memilih bahan paris dan chiffon) membawa konsekuensi pada sulitnya mencari SDM lini produksi yang tekun, teliti, dan sabar dalam menjahit. Otomatis perlu waktu ekstra lama dibandingkan membuat jilbab instan dari bahan kain biasa atau kaos. Pertimbangan lain adalah kapital masih kami fokuskan untuk belanja modal. Mungkin suatu saat nanti ketika kondisi keuangan usaha mendukung, ekspansi offline akan kami jalankan, insya Allah.

Saya optimistis, sebab masih banyak muslimah di negara ini yang belum 'melek berbelanja' via sosial media dan internet. Mereka lebih terbiasa berbelanja langsung on the spot. Dan mereka adalah kalangan yang sudah mapan, rentang usia 35 tahun ke atas, para pencari produk eksklusif, dan yang penting tidak perlu iming-iming diskon lagi untuk berbelanja :). Insya Allah, usahaku ini akan bergerak ke level itu, amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...