Rabu, 12 September 2007

Ramadhan...

Duduklah di sini saudaraku,
Menghela nafas panjang. Diam. Nikmatilah saat kita melewati detik-detik penantian. Hanyutkan rasa dan pikiran kita untuk menerima kedatangan tamu agung. Ingatlah bagaimana langkah demi langkah perjalanan usia kita. Renungi tahap demi tahap waktu hidup yang telah kita lewati.

Sekarang, kita akan memasuki kembali sebuah bulan yang tak ternilai kemuliannya. Sebuah bulan yang tak terbayar mahalnya oleh usia kita sendiri. Sampai batas manakah usia kita ada di sini? Enampuluh, tujuh puluh, delapan puluh tahun? Sementara, satu malam di bulan mulia itu, bernilai lebih dari kebaikan sepanjang 82 tahun.
Khairun min alfi syahr... lebih baik dari seribu bulan. Benar – benar bulan yang nilainya tak pernah tertandingi oleh materi apaun yang kita punya...

Di bulan inilah, nafas – nafas kita menjadi tasbih, tidur menjadi ibadah, dan untaian do’a – do’a akan diijabah. Tergiurkah kita mendengar sabda Rosulullah SAW, ”Barangsiapa melakukan puasa di Bulan Ramadhan, disertai iman, dan karena ingin memperoleh keridhoan Allah, dosanya telah lalu akan diampuni ” (HR Bukhori)
Itulah alasannya, Rosulullah bersabda , ”sekiranya umatku mengetahui kemuliaan dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan menharapkan kedatangan Ramadhan di sepanjang tahun ”

Saudaraku,
Cobalah hitung. Ramadhan ke berapakah dalam hidup kita, yang akan kita temui beberapa saat lagi? Bagaimana keadaan kita pada Ramadhan di tahun lalu? Apakah kita termasuk orang yang pernah memperoleh kemuliaan Ramadhan?

Diamlah di sini dan lemparkan ingatan kita, di saat Ramadhan yang lalu, ketika nyaris kita tak melakukan persiapan istimewa apapun ketika menyongsong kehadirannya.
Lalu apa persiapan apakah yang telah kita tempuh untuk Ramadhan kali ini?

Pernahkah kita melalui Ramadhan yang betul – betul bermakna?
Ingatkah kita, berapa banyak Ramadhan yang hanya kita isi dengan memperbanyak tidur di siang dan malam harinya? Berapa banyak Ramadhan yang kita sibukkan dengan hal – hal yang sia-sia, membiarkan hari – hari Ramadhan berlalu tanpa makna dan menyisakan sesal di kemudian hari. Berapa banyak detik-detik akhir Ramadhan yang justru lebih sering kita korbankan untuk persiapan mudik dan haru biru hari raya? Berapa banyak hari - hari Ramadhan yang kita lalui dengan berkata dusta, menghujat, menggunjing orang lain dan riya? Padahal Rosulullah SAW bersabda : ”Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak membutuhkan puasanya dari makan dan minum” (HR Bukhari)

Ingatkah saat kita tidak merasakan sedih ketika kehilangan Ramadhan, terasa biasa- biasa saja. Padahal berlalunya bulan Ramadhan bagi orang – orang sholeh seharusnya mencetuskan kesedihan.
Mereka sedih dan menagis karena peluang untuk mendapat pahala beribadah berlipat ganda sudah tiada lagi. Diriwayatkan, kesedihan ini bukan dialami oleh manusia saja, malah dirasakan juga oleh para malaikat dan makhluk – makhluk lain.

Ya Allah...maafkan kami jika ternyata belum mampu merasakan nikmatnya Ramadhan mulia. Mungkinkah kita termasuk golongan yang terbelenggu ketika Ramadhan ?

Mari saudaraku,
Ini adalah masa – masa kita melakukan pemanasan untuk berlomba memperoleh berkah dan rahmat bulan Ramadhan. Bersiaplah untuk menyedikitkan waktu tidur. Berisap untuk lebih banyak mengeluarkan infaq dan shadaqah. Bersiap untuk berdiri berlama – lama menunaikan shakat-shalat fardhu dan sunnah. Bersiap untuk membaca ayat – ayat Al-Quran. Bersiap untuk mampu bertahan dan tetap tidak melanggar aturan – aturan Allah SWT.

Saudaraku,
Seandainya Allah memanjangkan umur kita sampai di bulan Ramadhan yang tak lama lagi kita jelang. Tanamkanlah perasaan bahwa Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir yang akan kita lewati. Setelah itu, tak kan ada lagi kesempatan kita menghirup udara rahmat- rahmat Allah di bulan ini. Tak pernah ada lagi kesempatan kita untuk berpuasa Ramadhan. Tak pernah ada lagi kemungkinan kita mengucap istighfar, memohon ampun dari dosa di bulan saat pintu taubat dan pintu surga terbuka lebar – lebar. Tak ada lagi waktu untuk membaca Al – Qur’an . tak ada lagi peluang untuk bersedekah, berinfaq, dengan lipatan pahala yang hanya Allah saja Yang Mengetahuinya

Akankah kita menjadi orang terdepan yang menyambut kehadiran tamu agung itu? Atau hanya diam dan menyisakan sesal pada akhirnya?
Kita manusia diberikan kebebasan untuk memilih, bebas sebebas-bebasnya. Dan kelak akan ada hari, dimana kita tak bisa kembali mengulang babak kehidupan di dunia...

Marhaban Yaa Ramadhan...

4 komentar:

  1. Anonim2:22 PM

    assalamu'alaikum
    ikut mampir dan isi komen di judul "sendiri"..

    catur
    (bentengcatur.blogsome.com)

    BalasHapus
  2. Anonim3:27 PM

    wa'alaikumsalam...
    nanti mampir deh ke blognya catur. btw, ini catur yang mana ya?
    catur atau catuy?

    BalasHapus
  3. ini catur, yang sering pinjem dgcam itu. sudah ada penggantinya ??

    BalasHapus
  4. oh,iya.
    belum, byk keperluan lain soalnya. doakan aja ya, mudah2an segera terganti

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...