Rabu, 22 Februari 2006

Sehari di Rumah Sakit Mata

Bau khas rumah sakit sudah tercium sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku di pintu depan. Kuperhatikan sekeliling, tak ada yang berubah sejak 6 tahun yang lalu aku ke tempat ini untuk tes buta warna sebagai syarat mengambil jurusan tertentu sebelum ikut UMPTN (karena waktu itu aku belum ikut UMFSRD). Semuanya tetap sama, hanya ada beberapa kursi tunggu yang hampir sama dengan kursi tunggu di LPKM yang baru di campus centre.

Kupikir, di hari kerja dan pagi-pagi begini, rumah sakit ini bakalan sepi pengunjung. Lagipula, ini kan rumah sakit khusus mata, pasti pasiennya tak sebanyak pasien poliklinik gigi atau rumah sakit umum. Tapi, ternyata aku salah, antrian di loket pendaftaran cukup panjang, begitu juga kursi tunggu di setiap depan ruang periksa, semuanya penuh.

Setelah selesai daftar, kuperhatikan isi tasku: bundle artikel TA, Al-Qur’an, buku agenda, flash disk, dompet, dan beberapa kertas yang sudah kusut karena tak pernah kukeluarkan dari tasku. Hmmm…antrian panjang begini, rasanya males baca artikel TA, suasananya terlalu crowded..jadi tidak cukup nyaman buat baca qur’an, apalagi buat bikin rencana-rencana di buku agenda. Tapi, I’ve to find something to accompany me. Akhirnya, aku ke luar rumah sakit, untuk mencari sesuatu yg bisa menemani aku. Dan akhirnya kupilih Koran KOMPAS (eh, bukan promosi lo)..

Sambil membaca Koran, kuperhatikan keadaan sekeliling...sebagian pasiennya ibu-ibu dan sudah berusia lanjut, ada yang ditemani, ada juga yang sendirian, ada juga orang yang matanya diperban, ada yang sampai menggunakan kursi roda, bahkan ada yang sampai masuk UGD dan harus rawat inap segala?.

Akhirnya tiba giliranku dipanggil ke ruangan periksa, masih ngantri juga di dalam…kuperhatikan lagi keadaan sekeliling, ruangannya kusam, tidak cukup nyaman…kuperhatikan ujung lantai yang bertemu dengan tembok, banyak debu dan kotoran di sana, hampir dapat dipastikan banyak kuman disana. Seharusnya rumah sakit ini menggunakan plint khusus rumah sakit, biar lebih steril. Apa memang begini ya, rumah sakit milik pemerintah?

Setelah diperiksa, aku dikasih resep untuk dibeli di apotik. Tanpa buang- buang waktu, aku segera bergegas ke apotik. Dan lagi-lagi aku menemukan antrian panjang disana, semua kursi tunggu penuh. Ketika tiba giliranku, dan dihitung biaya obat yang harus diminum dan diteteskan…aku cukup kaget, 48.000? obat untuk mata semahal itu? Kupikir aku hanya akan diberi obat tetes yang hargaya kurang dari 10.000

Pendaftaran 10.000, bensin 10.000, obat 48.000, jadi total biaya ke rumah sakit mata cicendo 68.000??? mungkin masih lebih murah, daripada ke tempat praktek dokter spesialis mata
mata...oh...mata...

1 komentar:

  1. Anonim5:01 PM

    Assalamu`alaikum.. Ukti, ane pindah ke bolg sendiri aja, lagian yang lain rada-rada ga konsisten, ko kayanya yang mau ke mekah itu ane aja, jadi bikin sendiri ah..

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...