Minggu, 11 September 2005

Si Gadis cilik

Ini sudah ketiga kalinya, gadis cilik itu hanya berdiri di tepian kolam renang. Rasa takut yang telah memenuhi pikirannya membuatnya hanya berani bermain di tepian.

Kolam renang itu seperti danau, semakin ke tengah semakin dalam. Di sisi kiri kanannya ada pegangan semacam besi hollow, ada semacam perosotan juga di tengahnya. Teman dan gurunya sudah berkali-kali mengajaknya, membujuknya untuk ikut bergabung ke tengah. Tapi ia tetap memilih di tepian.
Yang dilakukannya bukan tanpa perhitungan, ia tahu pasti resikonya jika ia memaksa bermain ke tengah kolam, belajar berenang bersama teman-temannya. tubuhnya terlalu pendek, malah bisa dibilang sangat pendek bila deibandingkan dengan teman sebayanya. Dan jika ia nekat bergabung bersama temannya, ia akan tenggelam..

Rasa penasaran dan keinginannya untuk bisa berenang, telah kalah oleh rasa takutnya. Lagi dan lagi, ia hanya termangu...

Namun, lama kelamaan, rasa takutnya kalah...Ia sangat ingin tahu bagaimana rasanya berenang, mengapung dalam air..."aku juga ingin bisa berenang seperti teman yang lain" pikirnya dalam hati. Akhirnya, perlahan tapi pasti, ia mulai berjalan menyusul temannya ke tengah kolam renang itu. Ia mulai mampu membuang rasa takutnya. Ia tak peduli apapun yang terjadi, ia hanya ingin mencoba, ia hanya ingin berenang.
"kalopun tenggelam, setidaknya aku sudah mencoba, lagipula, di sana kan ada pak guru yang akan menolongnya" pikirnya lagi

Ia pun berjalan perlahan, sambil memegani pegangan di ujung kolam itu...agak gemetar dan ketakutan...Air mulai menutupi lehernya, mulutnya, hidungnya...Tiba-tiba tangannya menjadi lemah, dan terlepas dari pegangannya. Ia mulai merasa sesak, panik, tapi ia terus berusaha...
loncat, menggerakkan tangan, kaki, apa saja....agar bisa mendapatkan oksigen...
Tanpa disadari, gerakan - gerakan itu membuatnya bisa mengapung dalam air, ia bisa bertahan!!
Sayup-sayup terdengar teriakan dan tepuk tangan guru dan teman-temannya "Ayo kamu bisa!!"

Gadis cilik itu belum menyadari apa yang terjadi, ia masih panik, berusaha mengatur nafasnya.

Dibantu teman-temannya, ia kembali ke tepian kolam. Ia merasa puas, senang...Ia merasa tertantang dan membuatnya kembali lagi ke tengah kolam, lalu ke tepian lagi, lagi dan lagi...begitulah seterusnya

Kini, gadis cilik yang sudah besar itu sudah bisa berenang. Bahkan ia begitu menikmatinya. Ia bisa bertahan berjam-jam dalam kolam renang. Rasanya segar, ringan, dalam...seakan semua kepenatan ikut hanyut bersama aliran air...

Entah apa jadinya, jika belasan tahun lalu, ia memilih "yang aman" saja dan hanya berani bermain di pinggiran kolam
Entah apa yang terjadi, bila ia tak membuang rasa takutnya
tidak berani mencoba, menerima tantangan, apapun resikonya
Dengan penuh rasa optimis, ia maju.....
Karena pilihannya adalah maju, atau tidak selamanya...



Belasan tahun lalu,
Kemanakah semangat itu??

3 komentar:

  1. makasih shin... karena gue gak bisa tenang sampe sekarang ... makanya cari suami yang kira-kira bisa renang jadi anak gue gak kasian


    (lho kok kesini??)

    BalasHapus
  2. maksud gue renang bukan tenang

    BalasHapus
  3. Gw jg bingung mit...
    kok jd kesini??
    #tandatanya garuk-garuk#

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...